Sabtu, 11 Agustus 2012

Belajar dari Perempuan


Setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah


Kata-kata Ki Hajar Dewantara itu sangat tepat untuk menggambarkan bahasan judul tulisan ini. Kecuali memang ada yang beranggapan belajar itu hanya di bangku sekolahan maka kata-kata itu hanya pelengkap slogan pendidikan semata. Atau juga menganggap guru itu adalah bertitel sarjana maka sempurnalah kata-kata itu menjadi pemanis teori belaka.

Lalu, apa yang bisa di dapat dari perempuan sebagai pembelajaran? Jawabannya adalah belajar realita. Berpikir realistis dan praktis. Pembelajaran ini hanya di dapat oleh laki-laki yang idealis, yang memiliki cita-cita besar dalam hidupnya. Kehadiran perempuan untuk laki-laki seperti ini menjadi sumber inspirasi dan dorongan untuk mendapatkan cita-cita besar itu.

Tapi yang menjadi masalah adalah bila laki-laki itu tak memilki cita-cita besar. Maka yang terjadi kemudian adalah kehampaan hidup bila laki-laki dan perempuan ini menjadi pasangan hidup kelak. Satu sama lain hanya terikat oleh ketertarikan fisik status jabatan semata tanpa ada ikatan yang kuat
Cita-cita besar itu menjadi ikatan yang kuat. Menjadi sebuah pasangan, partner dan mitra kerja yang efektif dalam membangun generasi. Dan perempuan memiliki potensi dalam mengisi kelemahan laki-laki idealis yaitu: Materialis.

Sifat keduniawiannya memang sudah di titahkan oleh Yang Maha Kuasa untuk mengisi kekosongan laki-laki sejak di lemparkan pertama kali olehNya di muka bumi. Seakan benar pendapat saya kalau bumi ini adalah surganya perempuan dan neraka bagi laki-laki.

Hamparan bumi dengan segala nikmat dan harta yang terkandung di perutnya memang di tujukan untuk kaum perempuan.Emas permata berlian dan segala jenis perhiasan lainnya memang hanya bisa di apresiasi oleh perempuan. Laki-laki sama sekali tidak punya daya tarik untuk itu.

Laki-laki hanya bertugas bagaimana menjadi kan emas,intan permata itu bisa di ambil dari dalam bumi. Di olah sedemikian rupa. Dengan kelebihan akal dan fisiknya hal itu menjadi mudah.Terciptalah berbagai penemuan dan teknologi untuk memudahkan itu.

Yang menjadi masalah adalah bila daya tarik perempuan itu tidak bisa di kerjakan oleh lelaki. Yang akhirnya kita mengetahui kemiskinan dan kebodohan menjadi penyebab utama dari segala keterbelakangan. Kepada siapa perempuan itu berlindung dan berteduh? Bahu yang dulu  menjadi sandaran hanya menjadi isapan lintah-lintah buminya, tangan yang kekar itu berubah menjadi penyubur parasit buminya.

Indonesia sebagai bumi yang sudah terhampar sedemikian rupa dengan segala harta yang di milikinya adalah nikmat yang harus di syukuri dengan tidak mendustainya. Menutup mata akan ketidak benaran yang sedang terjadi di negeri ini sama saja dengan membuka peluang pemusnahan suatu bangsa seperti yang sudah di lakukan oleh bangsa-bangsa terdahulu karena pendustaan akan nikmatNya.

Ini realita yang sedang terjadi. Menyelamatkan negeri ini sebenarnya menyelamatkan perempuan-perempuan di Indonesia karena dari merekalah lahir generasi penerus bangsa. Dan laki-laki kelak akan menitipkan cita-cita besar itu kepada penerusnya seperti yang di lakukan oleh laki-laki pendiri negeri tersebut.

*untuk perempuanku, siapapun dia


 http://sosbud.kompasiana.com/2012/08/12/belajar-dari-perempuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share To