Legitnya Bubur Jagung Khas Serambi Mekah
Sejak Juli
2010 lalu, dunia kuliner Depok kedatangan keluarga baru. Namanya Aceh
Jezz Bubur yang punya andalan menu bubur jagung. Buburnya kental dan
mengepulkan asap nan harum. Aromanya dijamin sudah bikin kita tak sabar
mencicipinya. "Saya pertama kali menjualnya 3 tahun lalu di Setui,
Banda Aceh," urai Chaidil mengawali kisah usaha buburnya.
Bubur jagung ala Chaidil berkomposisi jagung pipil yang dimasak dengan santan, gula aren, sagu mutiara, dan susu. Ia sengaja memadukan santan dan susu agar rasa buburnya gurih, namun tidak terasa berat. "Santan dan susu punya rasa yang saling melengkapi," ujarnya.
Saat dicicipi, bubur ini terasa lembut dan cukup kental karena pengaruh mutiara sagunya. Sementara jagung pipilnya memberi aksen renyah ketika digigit, pertanda jagungnya benar-benar masih segar dan manis.
Masih ada jenis lainnya seperti bubur jali, ketan saus durian, sagu, ketan hitam, kacang hijau, dan bubur sumsum. Bubur jali dibuat dari biji jali dipadukan dengan havermut. Sementara susu dan santan tetap jadi komponen utama yang mendukung kelezatannya. Bubur lain yang tak kalah disuka adalah ketan saus durian. Ketannya begitu lembut, sementara rasa duriannya melekat erat di dalamnya. "Khusus bubur yang ini saya hanya pakai jenis montong karena dagingnya tebal dan harum," lanjutnya.
Chaidil tak ragu memberikan kesempatan pelanggan baru untuk icip-icip terlebih dulu agar mereka bisa merasakan bubur apa yang cocok dengan seleranya. "Jadi nanti tidak seperti membeli kucing dalam karung," candanya.
BAHAN DAN KEMASAN ISTIMEWA Semua jenis bubur dibanderol dengan harga yang sama, Rp 15 ribu per mangkuk. Chaidil menawarkan beberapa keistimewaan, baik dari bahan maupun kemasannya. Untuk merebus, Chaidil hanya menggunakan air mineral dari sebuah merek ternama. Begitu juga gula arennya, khusus didatangkan dari Aceh. Beberapa bahan lain juga menggunakan bahan impor, seperti kacang hijau dari Australia dan biji jali dari Thailand. Bahkan untuk kemasan mangkuk (cup), ia menggunakan cup food grade PP lingkar lima yang tahan panas 100 derajat Celsius. Jadi untuk memanaskan, tinggal masukkan saja ke dalam microwave. Praktis, bukan?
Cup dilengkapi dengan tutup anti tumpah sehingga aman jika dibawa sebagai bekal atau untuk oleh-oleh ke rumah. Chaidil menjamin semua bubur buatannya tanpa pengawet, penyedap, pewarna, hingga pemanis buatan. Semua serba alami. Jadi tak heran bubur ini hanya tahan 1 hari saja, atau hingga 2 hari jika disimpan dalam lemari pendingin.
Chaidil memilih Depok sebagai titik awal penetrasi buburnya karena memiliki peluang bisnis kuliner yang cukup menjanjikan, khususnya di Margonda yang jadi urat nadi aktivitas warga Depok. Rencananya, ia akan mengembangkan cabang lainnya di wilayah potensial lainnya di Jakarta.
Untuk promosi, Chaidil bahkan mencantumkan tulisan menggelitik di kedainya "Jangan beli, nanti bisa ketagihan". Kontan cukup banyak warga yang melintas jadi makin penasaran. Bagaimana, Anda tertarik mencobanya? Datanglah ke Depok, namun saat sore hari. Chaidil sengaja membuka kedainya mulai pukul 16.00 - 23.00. "Bubur ini memang lebih enak sebagai sajian penghangat badan saat malam hari," tutupnya.
Bubur jagung ala Chaidil berkomposisi jagung pipil yang dimasak dengan santan, gula aren, sagu mutiara, dan susu. Ia sengaja memadukan santan dan susu agar rasa buburnya gurih, namun tidak terasa berat. "Santan dan susu punya rasa yang saling melengkapi," ujarnya.
Saat dicicipi, bubur ini terasa lembut dan cukup kental karena pengaruh mutiara sagunya. Sementara jagung pipilnya memberi aksen renyah ketika digigit, pertanda jagungnya benar-benar masih segar dan manis.
Masih ada jenis lainnya seperti bubur jali, ketan saus durian, sagu, ketan hitam, kacang hijau, dan bubur sumsum. Bubur jali dibuat dari biji jali dipadukan dengan havermut. Sementara susu dan santan tetap jadi komponen utama yang mendukung kelezatannya. Bubur lain yang tak kalah disuka adalah ketan saus durian. Ketannya begitu lembut, sementara rasa duriannya melekat erat di dalamnya. "Khusus bubur yang ini saya hanya pakai jenis montong karena dagingnya tebal dan harum," lanjutnya.
Chaidil tak ragu memberikan kesempatan pelanggan baru untuk icip-icip terlebih dulu agar mereka bisa merasakan bubur apa yang cocok dengan seleranya. "Jadi nanti tidak seperti membeli kucing dalam karung," candanya.
BAHAN DAN KEMASAN ISTIMEWA Semua jenis bubur dibanderol dengan harga yang sama, Rp 15 ribu per mangkuk. Chaidil menawarkan beberapa keistimewaan, baik dari bahan maupun kemasannya. Untuk merebus, Chaidil hanya menggunakan air mineral dari sebuah merek ternama. Begitu juga gula arennya, khusus didatangkan dari Aceh. Beberapa bahan lain juga menggunakan bahan impor, seperti kacang hijau dari Australia dan biji jali dari Thailand. Bahkan untuk kemasan mangkuk (cup), ia menggunakan cup food grade PP lingkar lima yang tahan panas 100 derajat Celsius. Jadi untuk memanaskan, tinggal masukkan saja ke dalam microwave. Praktis, bukan?
Cup dilengkapi dengan tutup anti tumpah sehingga aman jika dibawa sebagai bekal atau untuk oleh-oleh ke rumah. Chaidil menjamin semua bubur buatannya tanpa pengawet, penyedap, pewarna, hingga pemanis buatan. Semua serba alami. Jadi tak heran bubur ini hanya tahan 1 hari saja, atau hingga 2 hari jika disimpan dalam lemari pendingin.
Chaidil memilih Depok sebagai titik awal penetrasi buburnya karena memiliki peluang bisnis kuliner yang cukup menjanjikan, khususnya di Margonda yang jadi urat nadi aktivitas warga Depok. Rencananya, ia akan mengembangkan cabang lainnya di wilayah potensial lainnya di Jakarta.
Untuk promosi, Chaidil bahkan mencantumkan tulisan menggelitik di kedainya "Jangan beli, nanti bisa ketagihan". Kontan cukup banyak warga yang melintas jadi makin penasaran. Bagaimana, Anda tertarik mencobanya? Datanglah ke Depok, namun saat sore hari. Chaidil sengaja membuka kedainya mulai pukul 16.00 - 23.00. "Bubur ini memang lebih enak sebagai sajian penghangat badan saat malam hari," tutupnya.
Beji - Depok. Telp 0811 155 199
Buka 16.00 - 23.00
sumber : http://www.sajiansedap.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar